Sabtu, 18 Januari 2014

Homesick? Yes!

I'm homesick. Homesick is sick. And I think, I just missing home.

Hujan lagi. Tidak sengaja aku menulis pos (lagi) di saat hujan turun siang ini. Kali ini hujan cukup membuat suasana mendadak sendu dan menimbulkan rasa rindu. Rindu suasana rumah dan orang-orang di dalamnya tentu, terutama Ayahku.

Dear home.
Tak terasa sudah sebulan lebih aku tak mengunjungimu. Rumah, apa kabarmu? I miss you.

Jika aku diberikan satu permintaan saat ini, mungkin aku meminta pintu kemana saja milik Doraemon. Ya, tak perlu menempuh jarak yang jauh antara Yogyakarta dan Kendal aku sudah bisa sampai di rumah begitu saja. Seandainya Doraemon itu nyata, aku ingin meminjam pintu kemana saja sebentar saja. Atau aku akan meminjam baling-baling bambu, itu juga menyenangkan sepertinya. Aku hanya rindu suasana rumah. Walaupun rumahku tak seindah yang dibayangkan, tak senyaman yang diharapkan, tetap saja aku merindukan. Mungkin cara terbaik untuk menyembuhkannya adalah pulang. Tapi jika kondisi tidak memungkinkan, apakah aku masih harus tetap pulang? 

Aku rindu tapi tak mampu bertemu.

Rabu, 15 Januari 2014

Tak Seharusnya

Single terbaru dari Ambulance Panic Voice salah satu band dari Kota Atlas Semarang, judulnya Tak Seharusnya. Mari bernyanyi, gaes!

Lirik :
Cobalah kau dengarkan lagu sederhana yang ku ciptakan untukmu
Temanimu saat jauh dariku
Mengertilah ini jalan terbaik yang harus dijalani
Sadarilah kau dan aku tak kan pernah bisa bersatu

Jangan pernah sesali apa yang memang harus terjadi
Pastikan kita bahagia... walau tak saling memiliki

Biarlah sang waktu yang menghapus cerita kau dan aku
Semoga kita bertemu di kehidupan yang baru
Mengertilah ini jalan terbaik yang harus dijalani
Sadarilah kau dan aku tak kan pernah bisa bersatu

Jangan pernah sesali apa yang memang harus terjadi
Pastikan kita bahagia... walau tak saling memiliki
Percayalah ini bukan akhir dari segalanya
Kau dan aku berpisah demi untuk bahagia di kehidupan lainnya

Senyumanmu :)

Tahukah kamu apa yang lebih indah dari terbitnya matahari pagi?
Lebih meneduhkan dari langit mendung pagi ini?
Lebih lucu dari titik-titik embun yang menempel di dedaunan ini?
Dan lebih candu dari apapun di dunia ini?
Senyumanmu.

Senyumanmu itu punya penggemarnya sendiri. Aku.
Aku penyuka senyummu. Senyum yang begitu saja menyapa pagiku dan mengindahkan hariku.
Senyummu tak pernah lepas dari wajah lucumu itu.
Melihat senyummu tak pernah membuatku bosan. Malah aku rindukan.
Tak lengkap rasanya menjalani hari tanpa melihat senyummu itu.
Aku harap senyum itu selalu mengembang di antara pipi-pipi tirusmu.

Jika kamu bersedih kamu boleh menangis, tapi berjanji setelah itu kamu harus tersenyum lagi.
Jika suatu saat aku harus melepasmu, aku harap senyum itu tak akan hilang dari wajahmu.
Jika tiba-tiba aku merindukkan senyum itu, kamu harus mengijinkan aku melihat wajah lucumu.
Karena jika nanti kita tak lagi bersama, aku harap aku tetap bisa melihat senyummu.
Walaupun aku tau senyum itu bukan lagi untukku.

Si Bodoh Yang Terus Menunggu

Menunggu memang membosankan. Menunggu membuatku penasaran. Menunggu membuatku terus menanti yang tak kunjung datang. Menunggu itu menyakitkan.

Menunggu kamu datang ke pelukan. Menunggu kamu hadir di kehidupan. Menunggu kamu yang mungkin ingin mampir atau singgah sebentar. Menunggu kamu yang  aku harapkan.

Menunggu kamu. Aku di sini tak bergerak sedikitpun. Aku masih berharap bahwa yang ku tunggu mungkin akan menghampiriku. Aku menunggu kamu menjadi kenyataan, bukan hanya sekedar khayalan. Menunggu kamu datang perlahan.

Aku menunggu sejak dulu. Apa kamu tak merasa ditunggu?
Aku menanti sejak lama. Sejak dia dan kamu masih bersama.
Apa aku salah menjadi penunggu? Penunggu yang berharap kamu akan menjemput di terminal cintaku. Membawa aku pergi menuju reruntuhan hatimu. Kemudian mengajakku membersihkan puing-puing lukamu. Lalu membangun lagi bangunan kokoh yang bernama cinta, bersamaku.

Mungkin aku seorang bodoh, si bodoh yang putus asa.
Karena aku masih menunggu dan mungkin akan terus menunggumu.
Entah sampai kapan itu.

Rabu, 01 Januari 2014

Am I a Bestfriend or a Badfriend?

Manusia itu makhluk sosial, ga bisa hidup sendiri. Ini sering banget kan kalian dengar? Emang iya sih, manusia ga bisa melakukan semuanya sendiri. Meskipun dia sosok orang yang individual, tapi tetep aja perlu orang lain juga. Makanya diciptakanlah yang namanya "teman".

Teman itu kayak cinta. Bisa tercipta dengan sendirinya, tapi juga perlu usaha buat mendapatkannya, bahkan butuh kekuatan ekstra buat mempertahankannya.

Pertemanan. Gue yakin kalo semua orang di dunia ini pasti punya yang namanya teman, ya setidaknya satu orang bahkan lebih. Gue juga punya teman, walaupun ga banyak dan cuma itu-itu aja. Ya, gue emang ga punya banyak teman, mungkin karena gue agak susah buat sosialisasi sama orang lain.

Tapi perlahan semakin ke sini gue coba buat lebih membuka diri dan berusaha mengenal dan dikenal orang lain. Gue sadar di masa kuliah kayak gini emang masanya kita buat nyari relasi, karena kerja nanti yang kita butuhin bukan juga nilai bagus, IP tinggi, tapi juga relasi. Ok. I'm still in process.

Ngomongin teman pasti ada masanya dimana kita saling kompak, tapi kadang juga timbul selisih paham. Ini wajar, karena emang sifat tiap manusia yang beda-beda. Gue juga berusaha memaklumi sifat yang dimiliki sama teman-teman gue. Tapi kadang suka timbul pertanyaan, apakah gue ini sosok teman yang baik atau engga? Apa gue udah cukup baik untuk menjadi seorang teman atau belum? Jujur, gue ragu.

Teman yang baik itu yang seperti apa? Teman yang baik itu harus bagaimana? 
Apa gue selalu ada saat mereka butuh? Kadang gue ga yakin.
Apa gue cuma ada saat kalian seneng aja? Itu kah yang kalian rasa?
Ribuan pertanyaan hinggap di pikiran gue.
Gue berusaha buat jadi teman yang baik, tapi apa udah cukup baik kah gue buat kalian?

Kalo gue punya salah sama kalian dan sampe sekarang gue ga sadar, please kasih tau. 
Kalo gue punya sifat yang kalian gasuka, please kasih tau. 
Karena tanpa kalian yang kasih tau, gue ga bakal tau.
Gue butuh kalian buat nilai apakah gue udah cukup baik atau belum menjadi seorang teman. 
Gue butuh kalian untuk sama-sama lewatin momen kehidupan. 
Gue butuh kalian buat sekedar berbagi cerita dan canda tawa.
Yang jelas gue pasti bakal butuh dan selalu butuh kalian. 

So, tell me. Am I your bestfriend or your badfriend?