Senin, 28 Oktober 2013

Apa Cinta Itu Sederhana?

"Apa kamu pernah mencintai sepihak? Dimana kamu mencintainya namun dia tidak? Apa kamu pernah ditolak? Mengungkapkan kamu cinta padanya tapi dia tidak? Apa kamu pernah mencintai diam-diam? Dan dia pun tak pernah tau apa yang selama ini kamu pendam?", temanku bertanya dengan nada yang memekakkan telinga.

Lalu aku yang sekarang bertanya, "Apa cinta sesakit itu? Apa cinta harus selalu merasa sakit? Apa mencintai itu jauh lebih sakit dibandingkan dicintai? Rasanya cinta terdeskripsikan begitu sakit di sini".


Temanku yang lain juga bertanya, "Apa cinta tak pernah berakhir bahagia? Apa cinta tak menemukan jalannya untuk bahagia? Apa cinta tak tau bagaimana harus bahagia? Aku tak mengerti betapa cinta harus sulit untuk sekedar merasa bahagia".

Kemudian seorang anak kecil ikut bertanya, "Cinta itu siapa? Apa itu cinta? Aku tak mengerti apa yang kalian bicarakan".

Kami semua terdiam, tak ada yang mampu menjelaskan. Anak kecil itu terus saja mendesak dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Kami membisu. Aku sendiri pun menyerah dengan pertanyaan itu. Temanku juga. Dia tak bisa mendeskripsikannya dengan bahasa yang mudah dicerna.

Kami semua tersadar, mengapa terlalu banyak pertanyaan tentang cinta padahal kami tak mengetahui apa itu cinta sebenarnya. Hal ini menjadi rumit karena hal sederhananya saja tidak kami ketahui. Ternyata cinta itu tak sederhana, tidak sesederhana namanya.


Cinta itu apa?

Cinta terlalu rumit untuk dijelaskan,
aku sungguh tak mengerti apa itu cinta?



Source: google

Oh, mungkin kamu yang di sana tau? Apa kamu benar-benar mengetahuinya? Tolong jelaskan padaku, teman-temanku dan anak kecil itu. Aku tunggu jawabannya. Dan aku harap kamu juga membawa apa yang dinamakan cinta, secepatnya. Tolong tunjukkan yang mana itu cinta? Aku benar-benar menunggu.



Aku Nyata, Kamu Semu

Source: google

Aku ada, namun bagimu tak nyata. Aku ada, tapi mungkin kamu tak menyadarinya.
Aku ada, namun tak pernah kamu rasa. Aku ada, tapi kamu tak pernah melihatku dengan sempurna.

Kamu tau? Aku memperhatikanmu sejak lama. Kamu tau? Aku hanya melihat ke arahmu saja.
Aku tau. Kamu tak pernah mengetahuinya. Aku tau. Kamu tak pernah melihat ke arahku walau itu sekali saja.

Terlalu naif bagiku mengakuinya, mengakui bahwa aku menyukaimu.
Aku menyukaimu, sedangkan kau tak tau. Bahkan tak pernah tau atau mungkin tak ingin tau.

Aku memandangmu dengan kedua mataku yang seolah ingin melompat keluar dari tempatnya. Tapi kadang, aku melihatmu dengan kedua mataku yang seolah tak mau memandangmu walaupun aku sangat ingin sebenarnya. Apa aku terlalu takut? Atau aku terlalu malu? Terlalu takut bila kau mengetahuinya dan terlalu malu untuk ku mengakuinya?

Ah, mungkin ini hanya perasaanku saja. Perasaan yang tak mungkin untuk kau balas sepertinya.
Atau aku cuma seseorang yang berani memandang mu dari belakang. Dan tak akan pernah berani untuk mengungkapkan.

Aku cuma seorang pengagum mu saja. Aku tak ingin lebih dari itu, karena dengan kau mengenal ku atau mengetahui nama ku saja sudah sangat membuatku merasa ada.

Mungkin tulisan ini begitu munafik. Hanya memandangmu tanpa ingin memilikimu.
Tapi aku tau, bahwa kamu itu semu, semu dalam kehidupanku.
Karena kamu, hanyalah bayangan yang aku coba raih namun aku tak mampu.

Ya, 20 My Age.

20 tahun, usia dimana aku bukanlah anak remaja belasan tahun lagi. Sekitar dua minggu yang lalu, akhirnya aku menyandang gelar sebagai remaja 20 tahun. Aku masih bingung apa 20 masih dikatakan sebagai remaja atau wanita dewasa? Entah. Aku lebih baik merasa sebagai remaja yang masih dalam proses menjadi wanita dewasa.

Source: google

Dua puluh tahun bukan waktu yang singkat untuk aku memahami kehidupan ini. Sudah banyak cerita yang tertulis dan terekam dalam memori sampai detik ini. Aku bersyukur pada Tuhan, Dia masih mempercayai ku untuk bisa menikmati kehidupan yang Dia berikan. Dia masih memberi ku kesempatan untuk menghadapi kehidupan. Terimakasih, Tuhan.

Dua puluh tahun ini aku lewati bersama orang tua, saudara, teman, sahabat, juga orang-orang yang mungkin tak menganggapku ada walaupun aku menganggap mereka ada atau pun sebaliknya. Terimakasih ya.
Aku hanya bisa mengucapkan itu, karena berkat kalian hidupku tak sesepi yang aku bayangkan. Di saat aku merasa sendiri, ternyata aku masih memiliki kalian. Aku hidup karena kalian. Aku ada bersama kalian. Dan aku bertahan juga untuk kalian.

Tak ku pungkiri selama hidup dua puluh tahun ini, terkadang aku merasa sepi dan sendiri. Entahlah, aku juga bingung. Ada saat dimana aku merasa tak punya siapa-siapa, tak ada yang bisa diajak bercerita, atau tak ada yang membutuhkan aku rasanya. Ada saat dimana aku merasa sendiri dalam keramaian. Tapi setelah aku merenung lagi, ternyata aku memiliki Tuhan dan kalian. Aku mencoba untuk menghapus rasa sepi yang aku rasakan dengan mengingat Engkau dan kalian. Ya, itu lumayan mengobati rasa sepi yang kadang datang.

Di dua puluh tahun ini, aku ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Pribadi yang lebih menghargai kehidupan, menghargai waktu dan menghargai orang-orang yang ada di sekitar ku tentunya. Aku juga ingin menjadi pribadi yang ada, nyata di hidup kalian. Aku mungkin senang menyendiri, tapi aku juga butuh kalian di saat yang aku butuhkan. Aku harap kalian menjadi nyata dalam kehidupan ku juga, yang ada dan bersedia untuk sekedar bercerita atau bahkan hanya sekedar menemani saja. Kadang lelah menjadi sosok yang baik-baik saja walaupun sebenarnya tak seperti kelihatannya. Yang terlihat kuat meski ternyata rapuh juga. Aku juga ingin menjadi orang yang ingin dikuatkan bukan yang selalu menguatkan. Yang ingin dihibur bukan yang selalu menghibur. Yang membutuhkan bukan yang selalu dibutuhkan. Atau bahkan yang ingin diperhatikan walaupun pura-pura tak perlu diperhatikan.

Dua puluh tahun juga harus menjadi titik dimana aku harus menatap ke depan, mempersiapkan kehidupan yang akan datang, fokus terhadap apa yang aku lakukan. Semoga kehidupan bersedia berbagi manis pahitnya dengan ku, semoga kehidupan tak seberat yang aku bayangkan dan semoga aku bisa melewati kehidupan dengan baik-baik saja.